05 Mei 2012

The Dream Come True (3)


PERJALANAN “TEACHER PARTNERSHIP”
KE ADELAIDE, AUSTRALIA SELATAN
(3)

Kedatangan
            Setibanya di bandara Adelaide saya begitu terkesan, karena ternyata disana para host family sudah menanti untuk menjemput kami dengan menunjukan poster nama-nama kami yang mereka tulis di kertas karton. Host family adalah keluarga Australia tempat di mana peserta tinggal selama berada di Australia. Acara penjemputan  terasa sangat meriah. Hal ini mereka lakukan karena mereka belum pernah bertemu dengan calon homestay nya. Pertemuan dengan host family memiliki kesan tersendiri. Karena saat itulah masing-masing pihak berupaya untuk saling  menjajagi dan saling memahami. Bagi guru bahasa Inggris saat perkenalan pertama  barangkali tidak terlalu masalah karena mereka mampu berkomunikasi dengan baik, namun bagi guru non bahasa Inggris hal ini merupakan persoalan yang serius karena mereka banyak yang tidak memahami bahasa host family. Dalam kondisi seperti itu,  tidak heran apabila mereka sekali-sekali menggunakan bahasa isyarat bahkan   tidak jarang  terdengar ungkapan:  pardon?; excuse me? Sorry? can you repeat? What…? dan ujung-ujungnya muncullah kalimat “Sorry I don’t understand”. Namun demikian hal itu dapat menimbulkan suasana lucu yang cukup menghibur.
                                                First meeting with Host "Craigh Fergusson"


Host saya yang bernama Craig Fergusson langsung menyambut dan  kami saling berkenalan. Teman satu homestay dengan saya adalah seorang guru matematika bapak Asep Rusmana dari SMPN 2 Bandung. Kemudian host kami mengajak langsung menuju homestay dengan mobil miliknya dan sebelum menuju homestay kami diajak dulu berkeliling melihat-lihat sekitar daerah Seacliff, suatu daerah bagian dari Adelaide yang disebut disana Suburb atau mungkin sama dengan kecamatan.

                                                  On the way to homestay in Seaclift (1)
                                                   On the way to homestay in Seaclift (2)
                                                               Arrived at homestay

Ternyata Seacliff adalah daerah wisata pantai yang hampir sama dengan Pangandaran, karena pada waktu liburan banyak orang yang berkunjung kesana. Tapi walaupun Seacliff merupakan daerah wisata, situasinya begitu bersih, tertata dan indah sehingga berkesan nyaman. Itulah mungkin perbedaannya dengan Pangandaran. Disanapun tidak ada hotel yang mengarah ke depan pantai, yang ada hanya rumah tinggal.
            Sesampainya di homestay, ternyata homestay saya tepat menghadap ke pantai, sehingga pemandangan pantai sangat jelas dan indah sekali dilihat dari rumah. Great, this is Pangandaran….. Benar-benar, ini adalah suatu keberuntungan dan rakhmat dari Allah SWT telah memberikan saya tempat yang indah dan nyaman. Terima kasih yaaa Allah. (saya bilang ke host saya, dan sedikit menceritakan tentang Pangandaran sebagai pantai wisata yang ada di Indonesia selain Bali).
Lalu kami diperkenalkan dengan fasilitas-fasilitas homestay yang diberikan kepada kami, misalnya fasilitas dapur bagaimana kalau kami akan memasak, karena disana menggunakan kompor electric, kamar mandi dan WC, tempat mencuci pakaian, fasilitas di kamar tidur, fasilitas bila kami ingin membuat barbeque, sampai AC.

Setelah selesai kami membereskan barang-barang, kemudian Host kami Craig Fergusson mengajak makan malam, dan kami diajak ke sebuah restaurant yang bernama Surving Club Restaurant. Saat inilah saya baru sadar bahwa saya sedang berada di tempat yang “asing”. Mengapa?
Karena sejak tiba di Bandara Sydney, kemudian di Adelaide dan diajak makan malam, saya tidak menemukan yang namanya “nasi”. Waktu makan malam itu pun  saya terpaksa makan seafood udang, kerang dan kentang. Tapi Alhamdulillah, yang penting kenyang.



Tidak ada komentar: