PERJALANAN “TEACHER PARTNERSHIP”
KE ADELAIDE, AUSTRALIA SELATAN
(3)
Kedatangan
Setibanya di bandara Adelaide saya
begitu terkesan, karena ternyata disana para host family sudah menanti untuk
menjemput kami dengan menunjukan poster nama-nama kami yang mereka tulis di
kertas karton. Host
family adalah keluarga Australia tempat di mana peserta tinggal selama berada
di Australia. Acara penjemputan terasa
sangat meriah. Hal ini mereka lakukan karena mereka belum pernah bertemu dengan
calon homestay nya.
Pertemuan dengan host
family memiliki kesan tersendiri. Karena saat itulah masing-masing pihak
berupaya untuk saling menjajagi dan
saling memahami. Bagi guru bahasa Inggris saat perkenalan pertama barangkali tidak terlalu masalah karena
mereka mampu berkomunikasi dengan baik, namun bagi guru non bahasa Inggris hal
ini merupakan persoalan yang serius karena mereka banyak yang tidak memahami
bahasa host
family. Dalam kondisi seperti itu, tidak
heran apabila mereka sekali-sekali menggunakan bahasa isyarat bahkan tidak jarang
terdengar ungkapan: pardon?;
excuse me? Sorry? can you repeat? What…? dan ujung-ujungnya muncullah
kalimat “Sorry I don’t understand”. Namun demikian hal itu dapat menimbulkan suasana lucu yang cukup
menghibur.
First meeting with Host "Craigh Fergusson"
Host saya yang bernama Craig Fergusson langsung menyambut
dan kami saling berkenalan. Teman satu
homestay dengan saya
adalah seorang
guru matematika bapak Asep Rusmana
dari SMPN 2 Bandung. Kemudian host kami mengajak langsung menuju homestay
dengan mobil miliknya dan sebelum menuju homestay kami diajak dulu berkeliling
melihat-lihat sekitar daerah Seacliff, suatu daerah bagian
dari Adelaide yang disebut disana Suburb atau mungkin sama dengan kecamatan.
On the way to homestay in Seaclift (1)
On the way to homestay in Seaclift (2)
Arrived at homestay
Ternyata
Seacliff adalah daerah wisata pantai yang hampir sama dengan Pangandaran,
karena pada waktu liburan banyak orang yang berkunjung kesana. Tapi walaupun
Seacliff merupakan daerah wisata, situasinya begitu bersih, tertata dan indah
sehingga berkesan nyaman. Itulah mungkin perbedaannya dengan Pangandaran.
Disanapun tidak ada hotel yang mengarah ke depan pantai, yang ada hanya rumah
tinggal.
Sesampainya di homestay, ternyata
homestay saya tepat menghadap ke pantai, sehingga pemandangan pantai sangat
jelas dan indah sekali dilihat dari rumah. Great, this is Pangandaran….. Benar-benar,
ini adalah suatu keberuntungan dan rakhmat dari Allah SWT telah memberikan saya
tempat yang indah dan nyaman. Terima kasih yaaa Allah. (saya bilang ke host
saya, dan sedikit menceritakan tentang Pangandaran sebagai pantai wisata yang
ada di Indonesia selain Bali).
Lalu
kami diperkenalkan dengan fasilitas-fasilitas homestay yang diberikan kepada
kami, misalnya fasilitas dapur bagaimana kalau kami akan memasak, karena disana
menggunakan kompor electric, kamar mandi dan WC, tempat mencuci pakaian,
fasilitas di kamar tidur, fasilitas bila kami ingin membuat barbeque, sampai
AC.
Setelah
selesai kami membereskan barang-barang, kemudian Host kami Craig Fergusson mengajak
makan malam, dan kami diajak ke sebuah restaurant yang bernama Surving Club
Restaurant. Saat inilah saya baru sadar bahwa saya sedang berada di tempat yang
“asing”. Mengapa?
Karena
sejak tiba di Bandara Sydney, kemudian di Adelaide dan diajak makan malam, saya
tidak menemukan yang namanya “nasi”. Waktu makan malam itu pun saya terpaksa makan seafood udang, kerang dan
kentang. Tapi Alhamdulillah, yang penting kenyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar