08 April 2012

E-Learning IV

E-learning Ilmu Pendidikan

Pemanfaatan tekhnologi internet dalam pembelajaran perlu di galakkan sebagai salah satu inovasi baru dalam penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar. Berbagai bentuk aplikasi dan fasilitas yang tersedia di internet dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran. Selain itu juga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran jika ditinjau dari aspek penggunaan media. Salah satu di antaranya adalah pembelajaran dengan e-learning. Belajar dengan e-learning sesungguhnya juga merupakan salah satu bentuk penggunaan media pembelajaran berbasis IT atau berbasis internet. hal ini berarti bahwa dengan e-learning akan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan kualitas hasil belajar siswa. Disamping keuntungan dari aspek media pembelajaran, penggunaan e-learning juga dapat sekaligus manambah kuantitas interaksi kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, karena tidak terbatasi oleh jadwal waktu yang ketat. E-learning Ilmu pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat menyediakan interaksi jarak jauh secara non formal untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan melakukan kegiatan di ataranya memperoleh materi pembelajaran, sumber belajar, panduan atau bimbingan ataupun tutorial secara bertahap.
E-learning Ilmu pendidikan mengarah kepada pemanfaatannya membutuhkan koneksi internet dengan cara mengkases website E-learning Ilmu pendidikan yang terlebih dahulu dimulai dengan menjadi anggota pada group keanggotaan e-lerning ilmu pendidikan. Untuk memahami secara mendalam ada baiknya terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian pembelajaran dengan E-learning Ilmu pendidikan.

Pengertian E-learning Ilmu pendidikan

E-learning atau elektornik learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran. Beberapa definisi e-learning dapat dikemukakan di antaranya adalah definisi Jaya Kumar C. Koran (2002) e-learning sebagai pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Sementara Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan elearning disamping memanfaatkan fasilitas internet, juga menggunakan perangkat keras seperti komputer atau laptop, jaringan Network yang dapat menghubungkan antara siswa dan guru. Hubungan yang terbangun ini adalah hubungan atau interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dari definisi itu pula dapat dipahami makna dari Pembelajaran dengan e-learning pembelajaran tersebut membutuhkan infrastruktur tersendiri yang mendukung terutama adalah koneksi internet. Sehingga e-learning tidak dapat dipisahkan dari penggunaan internet dalam pembelajaran. Romi Satria Wahono mengemukaan bahwa Infrastruktur e-Learning: dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Selain fasilitas tersebut di atas juga dibutuhkan peralatan teleconference jika ingin melakukan pembelajaran jarak jauh dengan tatap muka melalui teleconfrence.
Pengertian e-learning sebenarnya banyak dirumuskan oleh beberapa pakat IT, akan tetapi secara sederhana dapat dipahami sebagai sebuah model pembelajaran dengan memanfaatkan jasa dan fasilitas internet, sehingga pembelajaran tidak lagi harus ada interaksi langsung antara pengajar dan peserta didik. Dalam beberapa definisi dan pengertian yang dirumuskan juga disebutkan bahwa e-learning merupakan kepanjangan dari “E” yang berarti elektronik dan “learning” berarti pembelajaran sehingga dimaknakan sebagai pembelajaran elektronik yaitu sebuah model pembelajaran yang berbasis elektronik. Dengan demikian maka e-learning adalah pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan fasilitas elektronik yang menggunakan alat bantu teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. Dengan menggunakan E-Learning memungkinkan setiap siswa atau pebelajar dapat belajar dengan mengakses internet yang berbasis website. Modelnya juga beragam, bisa secaa on-line dimana siswa dapat memperoleh materi dan sumber belajar dari fasilitas on-line ataupun menggunakan sumber dan media belajar ofline dalam bentuk software yang dapat diinstal di komputer peserta didi masing-masing. Sementara interaksinya mutlak online dengan menggunakan jaringan lokal.
Beberapa pengertian e-Learning tersebut memberikan pemahaman bahwa E-learning Ilmu pendidikan adalah:
  1. E-Learning sebagai Pembelajaran jarak jauh yang berarti bahwa E-learning Ilmu pendidikan memungkinkan pebelajar melakukan aktivitas belajar tanpa ada interaksi fisik secara langsung dengan pengajar akan tetapi melakukan kegiatan interaksi pembelajaran secara on-line dalam bentuk real-time off-line dan mengakses arsip.
  2. E-Learning sebagai Pembelajaran dengan bantuan perangkat komputer yang berarti bahwa E-Learning Ilmu pendidikan dilakukan dengan menggunakan atau memanfaatkan media komputer yang dilengkapi dengan dengan perangkat multimedia, koneksi Internet ataupun Intranet lokal.
  3. E-Learning sebagai Pembelajaran formal atau informal yang berarti bahwa E-learning Ilmu pendidikan dalam pembelajarannya dapat dilakukan secara formal ataupun informal misalnya dengan pembelajaran tetap memiliki kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang sama dengan pembelajaran non e-learning akan tetapi memanfaatkan fasilits on line. Sementara untuk pembelajaran informalnya melalui interaksi yang lebih sederhana, seperti sarana mailing list, e-newsletter atau website.

Infrastruktur pembelajaran dengan E-learning Ilmu pendidikan

Wahono  pernah menguraikan secara rinci tentang perangkat infrastruktur elearning sebagai berikut;
  1. Sistem dan Aplikasi E-learning Ilmu pendidikan: Sistem perangkat lunak e-learning adalah sistem yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Virtualisasi ini seperti Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, Group Diskusi, sistem penilaian, sistem ujian online dan beberapa fitur yang berkaitan dengan manajemen belajar seperti penyetoran tugas dan akses tentang informasi tugas yangditerima termasuk nilai yang diperoleh.
  2. Konten E-learning Ilmu pendidikan: Konten dan bahan ajar yang ada pada E-learning Ilmu pendidikan adalah system yang menyediakan manajemen sistem yang memuat Konten dan bahan ajar dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa), yang tersimpan dalam arcives web.

Keuntungan pembelajaran dengan e-Learning Ilmu Pendidikan

Sebagai bentuk pembelajaran jarak jauh, elearning memiliki beberapa keuntungan yang dapat dirasakan di ataranya adalah:
  1. Pebelajar dapat memperoleh bahan belajar atau materi serta soal-soal yang harus diselesaikan
  2. Pebelajar dapat mengakses dan mengetahui informasi hasil pekerjaan atau nilai yang diperoleh dari setiap tes yang diselesaikan
  3. Pembelajar dapat belajar dari komputer pribadi dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet
  4. Pebelajar dapat menggunakan media CD/DVD yang telah disipkan.
  5. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
  6. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi dan berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran tidak terbatas dengan kapasitas kelas.
  7. Pebelajar dapat melakukan interaksi secara berkelompok melalui Group yang dapat dibuatsendiri oleh para pebelajar berdasarkan tema atau materi pelajaran.
  8. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
Pemanfaatan e-learnning sudah seharusnya mulai dirintis atau diterapkan mengingat kondisi sekarang, di mana siswa atau mahasiswa sudah dengan mudah mengakses informasi internet.  Menjadi tanggung jawab seluruh stake holders pendidikan agar dapat secara bersama-sama mewujudkan model pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran elearning untuk mendukung siswa memperoleh sumber dan materi Perlu dipahami bahwa e-learning adalah salah satu bentuk penekatan dan pemanfaatan media pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa atau belajar untuk melakukan interaksi edukatif secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional dapat dicapai.

Sumber: http://elearningpendidikan.com/e-learning-ilmu-pendidikan.html 

E-Learning III

Bagaimana Guru Mengaktifkan Siswa Belajar

Untuk mengaktifkan siswa belajar, maka hendaknya membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang, merangsang dan menggugah daya cipta siswa untuk menemukan sesuatu dan mengesankan. Ada beberapa prinsip yang sangat penting diketahui dan diterapkan oleh guru yaitu:
Prinsip motivasi
Guru hendaknya bertindak selaku motivator untuk merangsang daya dorong pribadi siswa melakukan sesuatu (motivasi intrinsik pada diri siswa dan motivasi ekstrinsik dari luar diri siswa). Untuk motivasi intrinsik, menggairahkan perasaan ingin tahu siswa, keinginan untuk mencoba dan hasrat untuk maju dalam belajar dan untuk motivasi dari luar/ekstrinsik, siswa diberi ganjaran berupa pujian atau hukuman yang wajar.
Prinsip latar atau konsep,
Siswa akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui adanya hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan keterampilan, sikap dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Dengan pengetahuan latar ini, guru dapat menyajikan bahan pelajaran baru.
Prinsip keterarahan pada titik pusat/fokus
Suatu pelajaran hendaknya dipolakan agar mampu menjaring bahagian-bahagian yang terpisah dari pelajaran. Dengan pola itu siswa dapat memusatkan perhatian pada bahagian inti pelajaran dan secara menyeluruh dan berkesinambungan dapat memahami keterkaitan bahagian-bahagian pelajaran tersebut. Titik pusat itu akan membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar yang ingin dicapai dalam bentuk rumusan standar kompotensi, kompotensi dasar dan indikator
Prinsip hubungan sosial
Kegiatan belajar bersama dalam kelompok perlu dikembangkan dikalangan siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan siswa (4 – 6 orang perkelompok) dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber materi yang sama.
Prinsip belajar sambil bekerja
Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri untuk berprestasi pada diri anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan dirinya melalui kegiatan bekerja sambil belajar atau belajar sambil bekerja. Perolehan melalui kegiatan bekerja mencari dan menemukan sendiri tidak mudah dilupakan. Semakin bertambah usia dan pengalaman, makin berkurang kadar kerja dan makin bertambah kadar berpikir.
Prinsip individualitas/perbedaan individualitas
Setiap anak dilahirkan menurut kadarnya atau kemampuan masing-masing (fitrah) dengan latar belakang kehidupan sosial yang berbeda-beda. Guru hendaknya tidak memperlukan setiap siswa sama. Seharusnya, guru mencari informasi dari setiap siswa untuk mengetahui latar dan berilah peluang untuk mengembangkan “fitrahnya” dalam mencari dan menemukan sendiri, merasakan getaran pikiran, perasaan, hati dan kemauannya.
Prinsip menemukan sendiri
Perolehan yang ditemukan sendiri akan sangat terkesan pada diri siswa, sebab itu berilah peluang dan bimbingan agar siswa secara aktif menemukan sendiri apa yang diketahuinya, dirasakan, dan dipikirkannya.
Prinsip memecahkan masalah.[1]
Guru hendaknya melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman yang mengandung problema dan memerlukan pemecahan. Berilah peluang dan bimbinglah agar siswa mampu memilih alternatif pemecahan masalah.
Prinsip-prinsip belajar di atas merupakan system Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang memberi peluang kepada siswa belajar proses untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Sumber: http://elearningpendidikan.com/bagaimana-guru-mengaktifkan-siswa-belajar.html

E- Learning II

Pengertian Pembelajaran Langsung (experiental learning)

Pembelajaran langsung (experiental learning) merupakan salah satu pandangan yang menghedaki  model pembelajaran di mana siswa dijadikan sebagai komponen yang paling aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Konsep tersebut dikenal juga dengan istilah  learning by doing bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Pandangan tersebut didasarkan pada teori belajar yang dikemukakan oleh Rogers bahwa sesungguhnya praktek pendidikan menitikberatkan bukan pada segi pengajaran yang dilakukan oleh guru akan tetapi pada aspek kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif baik dengan individual maupun kelompok dengan melibatkan komponen fisik,  emosional pengetahuan penghayatan dan internalisasi nilai-nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Pada dasarnya kegiatan belajar dengan Pembelajaran langsung (experiental learning) tidak semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam  bentuk informasi/materi pelajaran atau sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis, tetapi belajar adalah proses yang melibatkan seluruh komponen fisik dengan psikis seseorang dalam sebuah tindakan atau prilaku yang sangat kompleks yang dialami oleh seseorang secara sendiri yang bersumber dari lingkungannya. Pembelajaran langsung (experiental learning) dimaksudkan agar siswa dalam kegiatan belajar siswa mengalami langsung peristiwa belajar tersebut. Menurut  Teori belajar Gagne (dalam Dimyati dan Mudjono, 2006)  belajar terdiri dari tiga tahapan penting yaitu persiapan untuk belajar, perolehan dan unjuk perbuatan serta retrival dan alih belajar. Ketiga hal tersebut merupakan fase yang dilewati siswa dalam kegiatan belajar.
Pandangan Rogers mendukung model Pembelajaran langsung (experiental learning) dimana siswa harus mengalami sendiri kegiatn belajar tersebut. Roger (dalam Dimyati, 2006) megemukakan bahwa  prinsip pembelajaran yang optimal harus  melibatkan partisipasi langsung siswa  secara bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut berarti bahwa  siswa dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya jika dalam kegiatn pembelajaran yang dilakukan dapat berpartisipasi secara aktif pada kegaitn pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam kelas.
Selain itu kegiatan Pembelajaran langsung (experiental learning) dimana siswa harus mengalami sendiri ditegaskan oleh Edgar Dale bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung sehingga siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) yang bersesuaian dengan pandangan Rogers bahwa belajar mengalami atau (experiental learning) dapat terjadi jika  siswa mampu mengevaluasi diri sendiri. Dengan melakukan kegiatan belajarn langsung siswa dapat memberi peluang  untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri sendiri.

Langkah-langkah Pembelajaran Langsung (experiental learning)

Pandangan tentang Pembelajaran langsung (experiental learning)  mengarah  pada asumsi dasar bahwa sesungguhnya pembelajaran dengan menggunakan model pembeljaran langsung menuntut keterlibatan  siswa secara penuh dan sungguh-sungguh. Rogers (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengemukakan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran langsung yaitu:
  1. Guru memberikan kepercayaan kepada kelas agar memilih  belajar secara terstruktur.
  2. Guru dan siswa membuat kontrak belajar
  3. Guru menggunakan metode inkuiri atau belajar menemukan.
  4. Guru menggunakan metode simulasi
  5. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi pada kelompok lain
  6. Guru bertindak sebagai fasilitator dalam belajar
  7. Guru menggunakan kegiatan pembelajaran berprogram agar tercipta bagi siswa peluang untuk menumbuhkan kreatifitas.

Belajar dalam konteks Pembelajaran langsung (experiental learning) berarti bahwa kegiatan tersebut harus dilakukan oleh dan dialami sendiri oleh siswa., belajar adalah mengalami sehingga kegiatan belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

Sumber: http://elearningpendidikan.com/pengertian-pembelajaran-langsung-experiental-learning.html

E-Learning

Penggunaan IT sebagai Media dan Sumber Belajar

Penggunaan IT sebagai media dan Sumber belajar sudah sangat diperlukan bagi guru dan siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas sudah saatnya dilaksanakan melalui

Penggunaan IT sebagai Media dan Sumber Belajar

Hal ini sudah menjadi tuntutan zaman di mana perkembangan IT sejak memasuki  abad ke-21, berkembang  dengan pesat. Hal ini karena dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Termasuk didalamnya adalah dalam bidang pendidikan, dimana selain dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran juga dapat bepengaruh terhadap prilaku peserta didik. Sehingga menjadi perlu untuk diperkenalkan secara dini melalui Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi agar peserta didik mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut.
Hasil dari tekhnologi informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya baik oleh guru maupun oleh siswa sebagai sumber belajar.

Penggunaan IT sebagai Media dan Sumber Belajar

dengan memasukkan materi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada jenjang  formal mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan  informasi. Disamping sebagai materi pembelajaran maka juga berkaitan dengan pemanfaaanmedia informasi dan tekhnologi sebagai seumber belajar.
Secara rinci dalam KTSP disusun tujuan utama pembelajaran IT adalah
  • Memahami teknologi informasi dan komunikasi
  • Mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
  • Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
  • Menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Mengingat kemampuan dan keterbatasan tenaga pendidikan dan pebelajar dalam menguasai IT, maka perlu dilakukan sosialisasi, bagi guru melalui MGMP sWirelessecara formal dan dapat juga mengikutkan guru dalamberbagai bentuk pelatihan penggunaan IT. Disamping itu juga guru diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya dengan berusaha memperoleh informasi tentang IT untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam bidang tersebut.
Sementara untuk siswa agar dapat memamhami dan menggunakan IT sebagai sumber belaajar tentu harus memperoleh dari kegiatan pembelajaran yang diajarkan guru dan dapat pula memperoleh informasi tentang IT melalui sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga independen. Beberapa komponen materi yang dapat disampaikan berkatian dengan percepatan pengetahuan guru dan siswa untuk dapat menggunakan IT sebagai sumber belajar dan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
  • Jaringan Telekomunikasi (wireline, wireless, modem dan satelit) memuat tentang penjelasan  fungsi, dan cara kerja jaringan telekomunikasi (wireline, wireless, modem dan satelit
  • Perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses Internet untuk Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses Internet
  • Akses Internetmemuat materi tentang deskripsi cara akses Internet dan cara Mempraktikkan akses Internet
  • Web Browser dan Search Engine berisi tentang penggunaan web browser untuk  memperoleh, menyimpan, dan mencetak  informasi
  • E-mail mengajarkan cara Menggunakan e-mail untuk keperluan informasi dan komunikasi
  • Blogging memuat materi Pengenalan dasar-dasar Blogging dan Mempraktekkan Membuat Blog
  • Etika dan Moral dalam penggunaan  Teknologi Informasi dan  Komunikasi berisi penjelasan tentang aturan yang berkaitan dengan etika dan moral terhadap perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi dan komunikasi
Beberap poit tersebut masih perlu dikembangkan sesuai dengan tingkat penguasaan siswa dan guru terhadap IT. Denan demikian diharapkan guru dan siswa telah mampu menggunakan IT sebagai media dan sumber belajar.

Penggunaan IT sebagai Media dan Sumber Belajar

diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan guru bersama siswa dalam kelas.

Sumber: http://elearningpendidikan.com/penggunaan-it-sebagai-media-dan-sumber-belajar.html